Posts

Showing posts from January, 2007

Hikmah dari Dr. Roeslan Abdulgani

Kompas, Minggu 21 November 2004, hal 14 Surat Yasin ayat 68: Wa man nu’ammirhu nunakkishu fi l kholqi, afalaa ya’qiluun. Dan barang siapa kami panjangkan umurnya maka akan kami kurangkan dirinya (akalnya/kemampuannya seperti keadaan semula baru lahir), apakah mereka tidak berpikir?. Tafsiran bebas Roeslan Abdulgani: Kalau Tuhan memanjangkan umurku harus disadari kekuatanku akan dikurangi. Tapi tidak pikiran dan cita-citamu. Tubuh adalah gambaran paling nyata dari ketidabadian. Semakin tua, kondisi fisik biologis secara alamiah akan menurun. Akan tetapi, Sophocles yang menulis karya Oedipus ketika berusia lebih dari 80 tahun, dan Goethe yang menyelesaikan Faust setelah berusia 80 tahun, setidaknya membuktikan bahwa usia tidak begitu saja melapukkan pikiran, semangat dan cita-cita. Sebab usia itu adalah kesempatan itu sendiri sebagaimana kemudaan, meski dalam busana lain. Tatkala senja berlalu, langit dipenuhi bintang yant tak terlihat di siang hari. (Herry Wadworht Longfellow: for age i

MEMBERI, JANGAN HARAP MENERIMA…..

Menjadi seorang bunda ternyata butuh energi ekstra. Emosi, fisik, intelegensi, harus banyak diperas. Padahal baru satu orang anak. Satu anak. Ternyata memang tidak mudah menjadi orang tua. Butuh kesabaran dan perjuangan. Amanah agung dari sang Maha Pencipta ini memang benar-benar suatu ujian, rahmat, rezeki yang teramat dalam hikmahnya untuk ditelusuri. (Belum lagi harus memikirkan si Ayah. Dibutuhkan lebih dari intelegensia dan kepandaian. Yang paling melelahkan adalah secara emosional. Suami seperti seorang anak yang sudah jauh tumbuh dan berkembang dibandingkan si anak.) Kehidupan anak adalah kehidupan orang tuanya. Belum lagi si anak lahir, orang tua pasti sudah memikirkan apa yang akan diberikan terbaik untuk si anak kelak, setidaknya nama terbaik calon anak. Sang orang tua sibuk membeli seluruh peralatan bayi serta tidak ketinggalan buku-buku penambah wawasan bagaimana menjadi orang tua yang baik dan menjadikan anak seperti harapan mereka. Itu pula yang saya dan suami saya lakuka

POLIGAMI DAN PERSELINGKUHAN

Beberapa hari ini kita dapat menikmati dua berita aktual dari media massa. Yang pertama adalah kasus perselingkuhan dan beredarnya video porno seorang anggota dewan yang terhormat dengan seorang penyanyi dangdut, dan yang kedua adalah kasus poligami yang dilakukan oleh dai terkenal. Kedua kasus tersebut ditanggapi secara ramai namun dengan dua perspektif yang berbeda. Kasus pertama banyak ditanggapi dalam konteks politik dan moral. Dalam konteks politik karena si pelaku adalah pejabat tinggi partai pemenang pemilu dan anggota dewan yang terhormat yang telah berkiprah di kancah wakil rakyat sepuluh tahun terakhir ini. Kasus ini digunakan oleh sebagian pihak sebagai serangan politik yang cukup mematikan sehingga memaksa pelaku dan partainya untuk memulihkan nama baik. Dalam konteks moral, kasus ini dilihat sebagai suatu perilaku tidak terpuji, yaitu perselingkuhan atau perzinaan. Kasus kedua ditanggapi dalam konteks emosional, berupa kekecewaan sebagian penggemar, pengikut atau pemerhati