Jurus Bebas Tilang dan Bayar Ditempat

Teman saya yang duduk di sebelah kemudi sampai heran, "Kok bisa sih kamu
lolos dari Polisi, Dik. Kamu pd banget", katanya setelah saya meninggalkan
polisi muda dengan bengong karena dia tidak berhasil menilang saya.

Ya, alhamdulillah beberapa kali saya "diampuni" oleh polisi lalu lintas.
Entah karena saya benar-benar melanggar marka ataupun karena polisi menduga
saya melanggar marka, yang pasti saya berhasil tanpa bayar atau pun tilang.

Sudah lebih dari 18 tahun semenjak SMA, saya tidak pernah memberi
uang/menyogok polisi lalu lintas. Terakhir seingat saya ketika memberi enam
ribu perak kepada polisi karena plat motor saya bukan orisinil. Saya lolos
dari jeratan polisi lalu lintas dengan jurus sederhana dari Dale Carnegie.

Setelah wisuda tahun 1996, saya mengajak Ibu jalan ke Mangga Dua, saya salah
jalur dan disemprit polisi. Pak Polisi menguraikan kesalahan saya dan minta
SIM dan STNK. Kesalahan saya jelas, dan hanya ada dua pilihan, bayar di
tempat atau tilang. Tapi, saya cepat sampaikan maaf dan mengakui kesalahan
saya. Saya sampaikan bahwa memang beliau benar menangkap saya dan saya
memang salah. Saya berjanji tidak mengulangi lagi. Dengan mengatakan hal
tersebut secara tulus sambil menatap mata pak polisi, dia pun memberi maaf.
Dan saya bebas dan dipersilahkan jalan.

Di Semarang, saya bonceng sahabat saya, belok di tempat larangan belok.
Sahabat saya berhadapan tidak berkutik dengan polisi. Saya ambil alih, saya
minta maaf dan berjanji itu tidak terulang. Polisi muda keberatan memberikan
kebijakan, karena itu masalah hukum. Tapi rekan polisi muda berpendapat
lain. Kami pun dilepas, tanpa harus mengorbankan apapun.

Di Jakarta bersama istri saya juga melanggar marka, kembali saya meminta
maaf. Polisi ngotot saya harus datang ke kantor, saya sekali lagi mohon
kebijakan pak polisi, polisi memberikan maaf, dan mengingatkan untuk tidak
mengulangi lagi, dan alhamdulillah saya bebas.

Di daerah Kota, saya menerjang lampu merah, polisi muda menghampiri dan siap
menilang, saya berargumen dan memohon kebijakan, polisi pun melepas. Hari
yang sama saya berbelok kiri langsung, polisi muda pun mengambil kesempatan
untuk menilang, tapi kembali saya mendapatkan maaf.

Subhanallah, saya hanya menjalankan nasehat sederhana yang dituliskan dalam
buku "How to Win Friends and Influence People"-nya Dale Carnegie. Nasehatnya
adalah, akuilah kesalahan dengan tulus, dan mintalah maaf dan kebijakan
dengan rendah hati. Akui keberadaan orang lain, dan hormati tugas yang ia
laksanakan. Selebihnya, hatilah yang bicara.

Seringkali, ketika disemprit polisi, beberapa teman saya malah beradu
argumen dengan polisi, bahkan berdebat. Sering mereka hanya membela diri.
Tapi ingatlah, polisi seringkali merasa selalu di posisi yang benar. Tidak
ada gunanya kita mendebat mereka. Mereka hanya akan menjadi semakin keras,
apabila kita keras.

Tapi suatu ketika saya menjumpai pak Polisi yang sangat bijaksana. Saya
salah, memotong jalur untuk berbelok. Tidak seperti biasanya, Polisi ini
menasehati saya dan memberikan contoh mana yang benar. Sama sekali dia tidak
menekan saya, mau minta uang, atau pun menakuti dengan tilang. Sangat
berbeda dengan polisi-polisi lain yang pernah menangkap saya dan mencari
kesempatan. Saya sampai menunggu, kapan Pak Polisi ini mengeluarkan jurus
tilang dan titip sidang. Ternyata tidak ada. Dia hanya memberikan petunjuk
dan meminta saya berhati-hati. Dia pun pergi. Tanpa sadar, saya teriak
memanggilnya. Saya ulurkan uang, dan mengatakan terimakasih. Dia pun
bingung, dan hanya menerima saja. Saya salah, membuat dia salah tingkah.
Tapi saya hanya ingin menghormati ketulusannya dalam memberika petunjuk
dalam berkendara.

Tapi tunggu, jurus ini juga harus disertai dengan pengetahuan yang baik
tentang tilang menilang. Pertama, kita harus tahu kalau tilang ada dua
macam. Tilang dengan sidang (surat tilang merah) dan tilang tanpa sidang
(surat tilang biru). Kalau tilang merah, artinya anda tidak menerima dakwaan
polisi sehingga maju sidang. Tapi kalau tilang biru, maka anda mengakui
kesalahan dan segera setor uang tilang ke Bank BRI, setelah itu semua STNK
dan SIM bisa ditukarkan dengan lembar bukti setor dari Bank BRI.

Waktu itu bulan puasa di bunderan Ratu Plaza Jakarta, saya sudah minta maaf
dan merendah hati, tapi polisi yang satu ini tetap ngotot saya harus titip
uang sidang seperti halnya yang sudah banyak orang titipkan di pos polisi
tersebut. Saya minta ditilang dengan tilang biru, saya segera ke bank BRI,
bayar, kembali ke pos, dan melenggang pergi dengan STNK dan SIM.

Tapi, seringkali polisi tidak mau mengeluarkan tilang biru. Mereka hanya
membawa formulir tilang merah. Dan seringkali pengendara tidak mau repot ke
bank membayar denda, cukup bayar ditempat saja. Kalau demikian, kenapa tidak
dicoba jurus saya tersebut di atas.

Akhirul kalam, tetap hati-hati di jalan.

Comments

Ra said…
kalo saya sebelum baru liat polisi di pinggir jalan aja udah takut dan deg degan, mw ngomongnya susah... (--.--')>

phobia polisi agaknya, hehehe

salam kenal mas... =)
Dikky Zulfikar said…
Halo Ra,
Semakin banyak jam terbang kita dijalan,semakin pd kita dan tentunya apabila kita pd, polisi tidak masalah.

Mereka juga manusia, tatap saja matanya, senyum, kalau salah akui, dan hargai tugasnya. Hiii...

Salam kenal juga ya...
dani said…
wow...bener banget mas.
akui kesalahan dan minta maaf.
kalo pak pol tetap minta uang tilang, minta surat tilang warna biru.
sip..sip..

ijin share blog ini ke facebook ya mas..

Popular posts from this blog

Gajah Oling: Lebih Percaya pada Pengaman Swasta

Daftar Situs yang Diblokir Indosat dan Telkom

Pohonku dan Kambingmu