REMEMBER TID BITS

Ketika menterjemahkan arti Tid Bits, Pak Karim tampak serius sambil memancing rasa penasaran mahasiswanya. "Tetek Bengek", katanya sambil tersenyum. Semester satu di STAN tercinta, kita mendapatkan mata kuliah bahasa Inggris. Bagi yang beruntung maka ia akan mendapatkan dosen yang menurut saya sangat mengesankan yaitu Pak Karim. Widyaiswara berambut putih, yang walaupun sudah cukup umur tapi saat itu sangat bersemangat menularkan ilmunya kepada para freshman di STAN. Saya katakan beruntung, karena beliau adalah dosen yang selalu ingin memberikan inspirasi kepada mahasiswanya untuk selalu gemar membaca dan belajar, dan saya merasa sangat beruntung menjadi salah satu muridnya.

Saya masih ingat sampai sekarang salah satu ilmu yang sangat berharga dari beliau, yaitu bagaimana cara membaca buku. Hah, bagaimana cara membaca buku?. Beliau bukan mengajarkan membaca tapi beliau mengajarkan bagaimana membaca buku yang benar. Mulanya saya pun tidak paham apa maksud beliau, tapi setelah memperhatikan penjelasan penuh semangat Pak Karim dan mempraktekannya, ternyata ilmu pak Karim ini adalah ilmu yang membuat saya semakin efektif membaca buku.

Menurut beliau membaca buku harus dimulai dari sampul luarnya, baca dulu judul buku dan siapa pengarangnya. Setelah itu, buka buku pada bagian awal buku yang menuliskan kembali judul dan pengarang disertai dengan penerbitnya. Selanjutnya membaca detil halaman yang berisi tentang hak cipta, editor, setting sampul, cetakan ke berapa dan kapan, kode perpustakaan nasional, katalog dalam terbitan, sampai dengan nomor ISBN. Terus terang, sebelum mendengarkan kuliah pak Karim, saya tidak pernah memperhatikan hal-hal tersebut. Pak Karim menjelaskan satu persatu apa arti dari kalimat-kalimat di atas. Tiba di nomor ISBN, beliau berterus terang tidak dapat memanjangkan kepanjangan ISBN. Beliau selanjutnya sangat menekankan pembaca buku untuk membaca kata pengantar. Hal tersebut diperlukan untuk mengetahui dalam situasi dan kondisi apa dan bagaimana serta untuk tujuan apa buku tersebut ditulis. Dalam kata pengantar pula dapat ditemukan siapa-siapa saja yang turut mendukung dalam terciptanya suatu buku. Dalam kata pengantar pembaca dapat memahami bagaimana sifat dari si penulis dan apa yang menjadi perhatiannya. Setelah itu, pak Karim mengingatkan untuk tidak melewatkan sama sekali daftar isi buku, karena dalam daftar isi, pembaca dapat memahami design dan susunan penulisannya dan selanjutnya mempermudah memahami keseluruhan isi buku.

TID BITS, adalah buku lusuh, hasil fotokopian yang kita pinjam dari perpustakaan. Kalau beruntung, mungkin anda mendapatkan buku Tid Bits yang masih bersih lagi bersampul plastik dan tanpa coretan jahil kakak kelas. Banyak sekali yang dibahas dalam buku tersebut, salah satunya yang saya masih ingat adalah tentang Flexi Time. Flexi time adalah bekerja tanda ada standar waktu masuk kerja maupun pulang kerja. Yang ada adalah jumlah standar jam kerja yang harus dipenuhi. Selain itu ada juga mood music. Saya senang sekali dengan bab ini dengan contoh sapi perahnya, dan sampai sekarang saya sering lontarkan kata-kata mood music dalam pembicaraan-pembicaraan dan diskusi yang relevan. Masih banyak lagi judul-judul dalam Tid Bits, yang saya tidak ingat. Buat saya, kuliah Tid Bits dengan pak Karim adalah salah satu kuliah terindah.

Satu kalimat lucu yang selalu saya ingat dari pak Karim dan mengundang tawa mahasiswa adalah "The door must be ganjeled". Pintu harus diganjel karena kebanting2 akibat angin yang keras di Gedung F yang baru (remember, angkatan STA 93 ngreyen gedung F lho). Waktu kuliahnya pak Karim dulu bersamaan dengan dibangunnya gedung dibelakan gedung F, kalau tidak salah gedung PPAT (?) tempat diklat untuk mereka yang akan ke luar negeri.

Pak Karim, apakabar beliau sekarang? Saya sudah lama tidak mendengar kabar tentang beliau. Semoga semua yang telah ia ajarkan dapat bermanfaat, dan beliau mendapatkan pahala dari Allah Swt atas jasa-jasanya telah mencerdaskan generasi muda.

18 Sept 2007
Dz/93


Comments

Dini said…
Hehe... secara saya mahasiswi kuper, posting tentang Pak Karim ini yang paling relate sama saya... Thx
Dikky Zulfikar said…
Oiya? Dini mahasiswa pak Karim juga? Din, tidak ada yang kuper, hanya fokus dan prioritas kita saja yang kadang berbeda. Jadi tetap semangat ya... Terimakasih sudah berkunjung dan memberi komentar.

Popular posts from this blog

Gajah Oling: Lebih Percaya pada Pengaman Swasta

Asal-usul Ngeles (Mengelak) & Legenda Ngeles Amrik

Designer atau Developer