Simply Sedap!: Kambing Oven dan Kepiting Cak Gundul



Oleh-oleh dari Surabaya #2

Sepeti halnya Jakarta, Surabaya juga dikenal sebagai gudang makanan yang beraneka ragam. Ada beberapa resto yang menjadi favorit saya diantaranya adalah, kambing oven Madinah, dan Kepiting Cak Gundul.

Bagi penggemar sate kambing, kambing oven adalah pilihan yang harus dicoba. Sajian kambing oven berbeda dengan sate, yaitu daging kambing yang dipotong kecil-kecil. Kambing oven disajikan dalam porsi yang cukup besar dalam satu potong. Lebih besar dari sajian iga bakar di restoran-restoran khusus iga. Sejatinya potongan sebesar kambing oven ini memang hidangan khas orang arab. Daging kambing oven sangat lunak, jauh lebih lunak dari sate. Kambing oven dipadukan dengan bumbu kacang atau kecap sesuai pilihan, serupa bumbu-bumbu sate kambing.

Dari namanya, bayangan saya, lunaknya kambing oven itu karena dimasukan dan dibakar di dalam oven. Ternyata itu salah. Kambing oven dimasak menggunakan sistem pemanasan uap bertekanan tinggi. Mungkin proses pembuatannya mirip seperti bandeng presto. Setelah daging dipotong, daging kambing dimasukan ke dalam panci yang berisi air dan bumbu-bumbu. Panci tersebut bukan sembarang panci, karena panci harus tahan terhadap tekanan uap yang tinggi. Dengan dipanaskan di kompor selama waktu tertentu maka akan terbentuk uap bertekanan tinggi. Membuka panci kambing oven ini pun tidak boleh sembarang, terlebih dahulu uap panas harus dibuang, setelah itu baru tutup panci bisa dibuka. Apabila tidak demikian, maka "bisa mbledos!", begitu kata si pramusaji. Setelah di oven, untuk penyajian kepada pelanggan, kambing oven dibakar terlebih dahulu. Kambing oven sering disebut juga sebagai kambing uap, atau kambing bakar.

Resto favorit saya yang menyajikan kambing oven adalah Rumah Makan Madinah yang terletak dibelakang Hotel Grand Kalimas, daerah Ampel Surabaya Utara. Daerah tersebut merupakan perkampungan orang Arab. Mungkin kalau di Jakarta seperti Kampung Melayu. Daerah Ampel sangat ramai karena di tempat tersebut terdapat situs masjid Sunan Ampel yang tak pernah sepi dari peziarah. Selain Madinah, masih banyak lagi rumah makan yang menyediakan kambing oven seperti Rumah Makan Yaman. Tapi, kata para jamaah/orang arab, Rumah Makan Madinah lebih ajib. Harga kambing oven berkisar antara Rp. 20.000,- sampai Rp. 25.000,-. Selain kambing oven, rumah makan juga menyediakan hidangan kambing dan khas arab lainnya seperti sate, gule, krengsengan, dan nasi kebuli.

Di Jakarta, jarang sekali ada warung sate yang menyediakan kambing oven. Namun apabila anda ingin mencoba anda bisa mampir ke rumah makan arab yang banyak di daerah Cikini, Matraman, maupun Jl. Tambak Manggarai. Untuk menjamu tamu, saya sarankan rumah makan Aljazeera di dekat Rumah Sakit Cikini. Sip deh.

Favorit saya yang kedua adalah Kepiting Cak Gundul. Awalnya saya tidak antusias makan kepiting, karena selain sulit makannya juga menurut saya tidak istimewa. Tapi semuanya berubah ketika saya berkesempatan mampir di warung Kepiting Cak Gundul yang asli di daerah Pandaan, yaitu dalam perjalanan Malang Surabaya. Waktu itu saya sangat terkesan dengan kepiting telor yang digoreng asem manis. Wuenak tenan. Saya sangat gembira ketika Cak Gundul akhirnya mau membuka cabang di Surabaya tepatnya di dekat hotel Somerset daerah Kupang Indah. Mungkin salah satu alasannya karena sebagian pelanggan Cak Gundul di Pandaan orang Surabaya dan lagipula lumpur lapindo telah mengisolir Surabaya dari daerah selatan dan timur Surabaya sehingga pastilah omset Cak Gundul Pandaan turun drastis. Entah apa resepnya, kepiting Cak Gundul menjadi sangat istimewa. Tip saya, jangan makan nasi duluan, nikmati dulu kepitingnya, nasi hanya sebagai pelengkap. Itu diperlukan agar kapasitas perut anda tidak terbatas. Apalagi di warung Cak Gundul di Surabaya, sebelum menuju ke tempat duduk, kita bisa menyaksikan eksotisme memasak kepiting. Anda juga dipersilahkan memilih kepiting, apakah yang besar, kecil, jumbo, kepiting telor atau biasa. Favorit saya adalah kepiting telor dimasak asem manis. Satu orang kira-kira menghabiskan Rp 20.000,- sampai Rp. 35.000,- untuk menikmati hidangan Cak Gundul. Hati-hati jangan terlalu banyak makan kepiting, ingat kolesterol anda dan bibir anda yang bisa dower. Oiya, kepiting adalah makanan halal, saya pernah memastikannya lewat publikasi yang dikeluarkan MUI.

Salah satu hidangan terkenal Surabaya juga sudah ada di Jakarta yaitu Rawon Setan. Ha ha, dagingnya gede-gede kalau di Surabaya ramainya setelah jam 10 malam. Di Surabaya di depat hotel Maryoto, eh Marriot, kalau di Jakarta ada di Jalan Casablanca dekat stasiun Tebet. But frankly speaking, saya tidak terlalu suka rawon.

Surabaya… sedaaaaap. Bagaimana anda menikmati Surabaya?

Comments

Anonymous said…
harganya bersahabat ga di al jazeerah?

Popular posts from this blog

Gajah Oling: Lebih Percaya pada Pengaman Swasta

Asal-usul Ngeles (Mengelak) & Legenda Ngeles Amrik

Designer atau Developer