Jangan Ada Krisis Listrik Lagi

Waktu itu di stasiun Yogyakarta saya melihat spanduk yang bertuliskan kurang lebih sebagai berikut: “Pangkas Listrik jam 17.00 – 22.00 untuk menghindari pemadaman”. Saya mengerti maksud pesan dari PLN tersebut, yaitu himbauan dan mungkin juga ancaman kepada pelanggan untuk menghemat listrik terutama pada jam-jam dengan tingkat konsumsi listrik tinggi.

Kantor teman saya sudah satu tahun mengajukan penambahan daya. Jawaban dari PLN adalah tidak tersedia trafo lagi. Solusinya, menunggu tanpa kepastian kapan. Sementara menunggu dia kesulitan menambah unit komputer maupun menambah karyawan.

Listrik sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Tanpa listrik, mungkin saat ini kita tidak berbudaya. Tanpa listrik kita tidak bisa menjalankan cara hidup kita. Orang jaman dulu bisa hidup tanpa listrik, karena orang jaman dulu menggunakan cara hidup jaman itu. Cara hidup kita sangat lah berbeda. Tidak ada listrik adalah bencana.

Di lain sisi, PLN seharusnya justru berpikir bagaimana menghasilkan energi listrik yang besar sehingga bisa menjual lebih banyak kepada konsumen listrik dan mendapatkan laba lebih besar. Bukannya senang dagangannya dibeli orang, PLN malahan sibuk mencegah konsumen listrik menggunakan jasanya. Sungguh aneh.

Ini lah ironi perencanaan dan strategi energi kita, terutama energi listrik. Sepertinya pemerintah tidak memiliki modal dan inisiatif untuk menciptakan energi yang cukup untuk kebutuhan masyarakat luas. Sehingga saat ini kemampuan menyediakan energi listrik tertinggal dibandingkan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan energi listrik.

Saya teringat cerita dosen saya di UGM. Ketika dia kembali dari Prancis setelah menamatkan studinya, dia membawa banyak oleh-oleh peralatan listrik. Tapi sayangnya peralatan listrik yang dibawanya ternyata mengkonsumsi listrik yang sangat besar. Satu alat setrika menyedot sampai 700 watt listrik. Tentu saja listrik di rumahnya tidak kuat dan peralatan tersebut menjadi sia-sia.

Jaman itu kenapa peralatan listrik memiliki konsumsi watt yang besar, karena suppli energi di Prancis dipasok oleh listrik tenaga nuklir. Terdapat sekian banyak reaktor nuklir yang memasok energi listrik secara berlebih. Selain kemampuan pasoknya, reaktor nuklir juga murah dan aman. Pak dosen menceritakan bahwa orang biasa jalan-jalan dan bersepeda di sekitar reaktor nuklir, sambil membawa anjingnya.

Konyolnya lagi masyarakat kita. Ketika pemerintah mensosialisasikan pendirian reaktor nuklir untuk listrik, ramai-ramai masyarakat menolak dengan alasan resiko radiasi. LSM-LSM yang entah dibiayai oleh siapa menggalang petani dan kyai untuk menolak. Para cerdik cendekia dan yang wakil rakyat yang terhormat entah kenapa malahan meragukan kemampuan anak bangsa. Ada yang bilang budaya kita teledor lah, tidak disiplin lah, sehingga tidak cocok mengelola reaktor nuklir. Aneh.

Apapun nanti solusinya, listrik adalah bagian dari peradaban. Sangat lucu kalau saat ini kita bangsa yang sedang didorong untuk maju dan berkembang justru terhambat karena harus mengalami krisis listrik. Harus ada terobosan yang cepat dilakukan, dan tenaga nuklir adalah jawabannya. Wahai cerdik cendekia, jangan lah kau tonjolkan inferioritas, munculkan kemampuan kreasi dan kepercayaan diri. Ayo bangun Republik Ini.

Comments

Popular posts from this blog

Gajah Oling: Lebih Percaya pada Pengaman Swasta

Asal-usul Ngeles (Mengelak) & Legenda Ngeles Amrik

Designer atau Developer