Antara Kejujuran Serigala dan Sang Sopir

Kakak saya, Mas Dahri, bercerita tentang peliharaan barunya, seekor serigala Siberia. Dia baru memecat satpamnya karena dicurigai telah mencuri salah satu tanaman hiasnya yang berharga Rp. 1jt an. Dia tidak lagi percaya kepada satpam dan lebih percaya kepada seekor serigala untuk menjaga tanaman hiasnya. Diduga Satpam tergoda untuk mencuri tanaman setelah mendengar obrolan harga tanaman antara kakak saya dengan seorang pelanggan. Satpam bisa tergoda, sedang serigala, pasti imannya lebih kuat.

Sambil ketawa, saya mbatin dan bertanya, bisa nggak serigala diajari nyopir. Teman saya kemarin baru memecat delapan orang sopir truknya. Sebabnya adalah setiap hari, setiap sopir mencuri sekitar 7 liter solar dari truk mereka masing-masing. Modusnya adalah mereka berhenti di tempat penadah di rute perjalanan mereka, mencabut selang solar, dan menjualnya kepada penadah tersebut. Agar tidak dicurigai, mereka memutar speedometer dengan dinamo berbaterei sehingga putaran speedometer pas dengan konsumsi bahan bakar.

Tindakan pencurian sudah berlangsung lama. Dan pihak manajemen pun sudah curiga. Namun, berbagai kegiatan audit dan investigasi walaupun sudah dilakukan tetap tidak berhasil menguak tabir pencurian ini. Sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga. Akhirnya mulut mereka juga lah yang secara tidak sengaja membuka kejahatan mereka.

Teman saya yang sudah 15 tahun bergerak di dunia distribusi memang mempunyai prasangka kepada sopir. Bagi dia, berdasarkan pengalamannya, semua sopir dimanapun dia adalah maling. Sebuah pernyataan yang sulit saya terima. Tapi pada akhirnya saya harus membenarkannya juga, khususnya untuk kasus di atas.

Menurut pendapat saya, banyaknya sopir yang tidak mempunyai akhlak yang baik disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah:

  1. Kondisi pekerjaan yang berat, dimana harus melakukan perjalanan jauh dan memakan waktu panjang. Sopir seringkali dikenal sering mampir di warung-warung sepanjang perjalanan, bukan hanya untuk istirahat, tapi untuk judi, mabuk, dan bermain wanita.
  2. Tekanan-tekanan dari lingkungan, seperti polisi yang sering memalak, petugas retribusi, petugas jembatan timbang, petugas PJR, preman yang kesemuannya menjadikan sopir sebagai target pendapatan mereka.
  3. Penghasilan yang terbatas, padahal yang namanya perjalanan jauh selalu men-drive pengeluaran-pengeluaran ekstra dan tidak rutin.
  4. Adanya kesempatan untuk berbuat kecurangan , seperti dalam hal pencurian BBM, menukar komponen mesin dan ban, memalsukan bukti untuk reimbursement beban perjalanan, dan nyangking, atau mengkomersilkan kendaraan perusahaan.
  5. Rendahnya kemampuan kontrol perusahaan sehingga menjadikan sopir melakukan kecurangan dengan leluasa.
Kakak saya memberikan ide, mungkin orang hutan lebih mudah di latih sebagai sopir dibandingkan serigala. Dia mereferensi kepada film Planet of the Apes yang menceritakan dominasi monyet atas manusia.

Sebelum dia pulang saya memberikan nasehat; kalau bicara harga tanaman dengan pelanggan, jangan dekat-dekat serigalanya, kata saya perlahan. Bukannya takut si pelanggan digigit serigala, hanya takut pembicaraan bisnis tersebut didengar serigala, nantinya iman serigala tergoda dan mencuri tanaman untuk dijualnya sendiri. Yah namanya juga serigala, mungkin berbulu domba.

Comments

Popular posts from this blog

Gajah Oling: Lebih Percaya pada Pengaman Swasta

Daftar Situs yang Diblokir Indosat dan Telkom

Pohonku dan Kambingmu