Modal Kerja dari Pegadaian, Alamaak!

Barusan saya lewat Kantor Pegadaian di Daerah Surabaya Utara, ada standing poster yang tulisannya kira-kira begini: "Butuh Modal Kerja?, Bunga Mulai 1% per Bulan". Satu persen perbulan berarti 12% pertahun flat. Efektifnya sekitar 22% - 23% per tahun. Yang benar saja?, ini disebut sebagai pinjaman modal kerja?

Wajar kalau ada yang menawarkan pinjaman konsumsi dengan bunga 1% perbulan, atau 0,99% perbulan seperti yang ditawarkan kredit konsumsinya Bank Mandiri. Wajar sih,karena yang ditawarkan kredit konsumsi dan tanpa jaminan.

Nah, yang di Pegadaian ini kan Modal Kerja. Kalau di perbankan bunga efektif untuk KMK sekitar 13% an (published rate), tapi sebenarnya bisa didapatkan tidak lebih dari 11% pertahun. Nah kalau ditawarkan dengan bunga 23% oleh Pegadaian apa tidak salah?

Ya memang, Pegadaian bukan lembaga perbankan. Pegadaian memberikan kredit modal kerja dengan jaminan barang gade yang dikenai bunga. Tapi pengenaan bunga sebesar itu memberikan kesan ironi.

Target pasar utama Pegadaian adalah rakyat kecil dan pengusaha kecil. Adalah ironi kalau selalu saja rakyat kecil diberi fasilitas tapi dengan harga yang jauh lebih mahal. Memang orang pintar bisa mengatakan, bunga kredit mikro lebih mahal karena risiko lebih besar. More risk more gain, katanya berdalil. Tapi semua orang juga tahu. Yang namanya koruptor, pembalak, pengemplang pajak, penipu, penyerobot, itu adalah orang-orang pintar, orang-orang kaya, orang-orang besar. BUKAN rakyat kecil. Sudah dibuktikan di dunia ini, bahwa rakyat kecil mempunyai tanggungjawab dan harga diri LEBIH dibandingkan para pengusaha kaya dan terpelajar dalam membayar hutang.

Tapi kenyataannya, semuanya menjadi lebih mahal bagi rakyat kecil. Tidak hanya Pegadaian... BPR, BRI yang katanya fokus ke wong cilik, Danamon Simpan Pinjam yang mengambil kesempatan dari pesta poranya BRI dalam mengambil untung dari wong susah, Koperasi Simpan Pinjam yang katanya milik bersama. Semua fasilitas keuangan untuk orang kecil selalu berlabel "Bunga Mahal".

Comments

Anonymous said…
Met pagi mas Dikky Z

Pegadaian memiliki berbagai macam produk selain Gadai :
1. KCA (Kredit Cepat Aman)
Ini produk gadai konvensional, jaminannya barang bergerak yang memiliki nilai jual misal:emas,motor,elektronik, barang jaminan disimpan di Pegadaian, proses 15 menit cair, bunga berkisar 0.75% s/d 1.3% (tergantung uang pinjaman)

2. Kreasi
Ini kredit untuk Modal Kerja (KUMK) berdasarkan kelayakan usaha. Jaminannya cukup BPKB kendaraan (mobil/motor tetap dipakai nasabah). Proses sekitar 2-3 hari. Bunga 0.9% flat. (dulunya 1% flat)

3. Krasida
Sama dengan Kreasi, cuman jaminannya harus emas

4. Krista
Kredit untuk wanita pengusaha kecil rumah tangga (buat krupuk, penjahit, dll). Bunga kecil

5. Kresyari
Sama dengan KCA, cuma dengan sistem Syariah

6. Dan banyak lagi (baca aja brosurnya)

Apakah produk2 diatas kurang mewakili UKM?
Sori saya bukan orang Pegadaian, tapi saya sangat dekat dengan Pegadaian (rumah saya di depan Pegadaian) dan saya merasa pendapat mas dikky kurang pas (yaaa namanya juga opini).
Saya pribadi sangat terbantu dengan Pegadaian, apalagi kalo pas kepepet. Perihal kepepet inilah yang banyak dialami para pengusaha UKM kita. begitu ada peluang usaha, eh gak punya modal, ngurus ke Bank berbelit-belit, dipusingkan lagi oleh birokrasi notaris, npwp, siup,situ, dll (orang miskin apa punya NPWP?). Belum lagi pungli-nya. Alhasil begitu uang didapat dari bank (itupun kalo cair), eh malah peluangnya udah kabur.. nasiiiiiiiib orang miskin.

Coba kalo di Pegadaian, cepat, sangat mudah, ada barang ada uang. Pinjamannya bisa jangka pendek. So flexibel. Kalo masalah bunga, besar kecil itu relatif, yg penting gimana cepat dapatnya. Coba saya tanya, kalo mas dikky diharuskan beli handphone seharga 2juta tapi gak punya uang. Manakah yang mas dikky pilih : ngajuin pinjaman 2jt ke bank dg bunga rendah tapi proses berbelit-belit dan perlu waktu seminggu, ATAU cukup pake kartu kredit walau bunga tinggi? Toh cuma pinjam sebulan menjelang gajian. Saya yakin kita semua pilih opsi ke-2.

See, kepraktisan is the rule.. jangan pikirkan bunganya (toh gak tinggi amat masih wajar), yang penting gimana dengan modal yang didapat para pengusaha UKM bisa lebih meningkatkan usahanya. Bunga tetap perlu ada sebagai komponen kedisiplinan dan konsekuensi.
Saya pernah bekerja di sebuah Bank di Riau ngurus dana channeling dari Pemkab setempat. Pemkab memberikan pinjaman UKM sangat lunak, dengan bunga 1% / tahun, tanpa jaminan, dan tanpa denda. Jadinya apa? Kredit pada macet, banyak tunggakan, nasabah udah bawa uang trus pada lari semua, bayar sering kurang, malah ada yg dapat pinjaman untuk nambah bini satu lagi. Ini yang namanya ALAMAAAAAK !!!
Dikky Zulfikar said…
Wah terimakasih infonya Pak Andra. Buat saya sangat bermanfaat. Pegadaian memang lengkap kap.

Memang sebuah kepraktisan harganya mahal. seperti KTA (Kredit Tanpa Agunan), sungguh praktis, duit langsung cair. Tapi kalau berhitung, saya merasa bunganya kebangetan.

Sedihnya banyak yang tidak bisa berhitung atau malas njliment.

Seorang pemilik perusahaan finance di mexico (dalam business week) pernah berkata, "kalau kamu pengin kekayaan berlimpah, berbisnislah dengan orang miskin". Hiks, ironi.

Anyway thanks ya.
Anonymous said…
sama-sama
saya hanya menyampaikan apa adanya saja.
semoga opini saya + mas dikky tidak mendiskreditkan image pegadaian yang jelas-jelas membantu orang miskin.

pegadaian tetap-lah sebuah entity bisnis (tentunya mencari laba) dengan berorientasi sosial. dia ada karena demand.

saya sarankan pak dikky untuk coba menggadai. Gak usah banyak 100rb saja, jaminkan aja cincin anak. Disana pak dikky akan ketemu dengan saudara-saudara kita yang masih dibawah garis kemiskinan, yang terpaksa menggadaikan rantang, tikar, sarung hanya untuk dapat 25rb - 50rb, hanya untuk beli makan. sebuah jumlah yang kecil bagi kita yang bekerja kantoran.

Who will help them?

sejalan dengan pak dikky, saya juga fokus kepada bagaimana mengentaskan kemiskinan di bumi Indonesia ini. Menurut keyakinan saya (Islam) disitu ada komponen zakat, shodaqoh, dan infak. Pertanyaannya sudah efektifkah penyaluran dana tsb? sudahkah bisa membantu para warga miskin di sekitar kita.

Pake logika aja, di Indonesia ini tiap 1 km ada mesjid, katakan dalam radius 1 km itu ada 20% orang miskin, maka pasti sudah terbantu dengan dana zakat dan infak. Tapi kenyataannya gimana?

So menurut saya kurang tepat kalo kita bicara interest rate disini. orang miskin gak ngerti itu. Dia hanya ngerti gimana hari ini bisa makan.

Kuncinya : berdayakan UKM.
Gimana caranya?, latih kewirausahaan.
Darimana modalnya? pinjam ke bank, koperasi, atau pegadaian.
Berbunga? tentu, itu konsekuensi dari minjam duit orang. Berusahalah dengan modal tsb.
Tapi kami gak mau bayar bunga! Ya udah, kembali miskin, nadah tangan di pasar.

Saya kurang setuju dengan pengusaha mexico diatas. Saya koreksi ya :
"Kalau anda ingin kekayaan berlimpah, jangan terlalu tamak dalam mengambil keuntungan".

thanx mas dikky, nice to know you..
Dikky Zulfikar said…
Pak Andra, saya setuju pendapat anda. Dalam konteks membantu orang miskin memang banyak caranya. salah satunya adalah pegadaian.

Tapi bagaimanapun karena pegadaian juga entitas bisnis maka harus cari untung atau paling tidak harus survive. Grameen Bank nya Muhammad Yunus saya dengar juga menerapkan bunga yang cukup tinggi, tapi kita semua tahu manfaat Grameen Bank begitu besar.

Yang lebih penting lagi memang dana zakat. Sebagai muslim kita tidak boleh terlewatkan membayarnya.

Thanks ya pak, senang sekali mendapat tanggapan dari anda. Kalau boleh saya dikasih kontak anda, jadi bisa mencari anda suatu waktu nanti.

Popular posts from this blog

Gajah Oling: Lebih Percaya pada Pengaman Swasta

Daftar Situs yang Diblokir Indosat dan Telkom

Pohonku dan Kambingmu