Terobosan Anak Negeri: Menciptakan Pesawat Tanpa Awak
Satu lagi terobosan anak negeri!. Setelah berhasil membuat alat detektor tsunami yang canggih, diikuti dengan keberhasilan membuat roket dan peluru kendali, kini datang lagi berita yang membanggakan bangsa kita. Anak negeri ini tengah mengembangkan pesawat tanpa awak (unmanned aircraft).
Pesawat tanpa awak adalah wahana canggih yang saat ini semakin banyak digunakan terutama untuk misi-misi militer. Amerika sudah berkali-kali diberitakan menggunakan pesawat tanpa awak dalam medan pertempuran Irak dan Afganistan. Bahkan diberitakan penggunaan pesawat tanpa awak telah mencapai 500.000 jam terbang di Irak saja. Walaupun akan terjadi penarikan pasukan Amerika di Irak tahun ini, jam operasi pesawat tanpa awak justru diperkirakan akan naik dengan pesat. Bahkan Pentagon menyatakan, tengah membangun rencana besar pengembangan sistem wahana tanpa awak yang lebih canggih untuk 25 tahun ke depan.
Pesawat tanpa awak buatan dalam negeri salah satunya adalah prototipe Unmanned Areal Vehicle-530 (UAV-530) yang dikembangkan program riset khusus bidang teknologi pertahanan di bawah Kementrian Negara Riset dan Teknologi, yang melibatkan instansi pemerintah dan swasta nasional, di antaranya Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Balitbang TNI AU, dan Balitbang Departemen Pertahanan. Untuk komponen, rancang bangun, dan rekayasa pesawat tersebut, tim riset didukung oleh PT. Pindad, PT. LEN Industri, PT. Dirgantara Indonesia, dan ITB. Program tersebut di mulai Maret 2007 sampai dengan 2010.
Selain pesawat tanpa awak UAV-530, ada beberapa pesawat tanpa awak yang dikembangkan di Indonesia, yaitu oleh BPPT yang disebut PUNA (Pesawat Udara Nir Awak). Dislitbang TNI AU dan Balitbang Dephan juga mengembangkan Pesawat Terbang Nir Awak. Tidak ketinggalan pula ITB yang bekerja sama dengan Robo Aero Indonesia, dan UAVindo juga mengembangkan prototype pesawat tanpa awak.
Dibandingkan dengan pesawat tanpa awak yang lain, UAV-530 memiliki beberapa kelebihan, seperti struktur sayap dapat dilipat sehingga mampu menjelajah wilayah yang sulit ditempuh pesawat kecil. UAV-530 dikendalikan melalui sistem komunikasi yang ditempatkan di darat atau remotely piloted vehicle (RPV). UAV dilengkapi dua sistem komunikasi, yaitu sistem kendali dan kamera yang secara realtime akan dikendalikan dan menampilkan citra di layar monitor di darat.
UAV berbahan bakar avtur dan mampu menjelajah medan berbahaya yang tidak mungkin dilakukan pesawat biasa; seperti terbang rendah untuk pemantauan wilayah kebakaran hutan, wilayah perbatasan, dan wilayah konflik.
Pada masa mendatang, pesawat tanpa awak ini akan membantu tugas pemantauan wilayah Republik Indonesia yang terdiri dari belasan ribu pulau. Saat ini, pesawat terbang dan satelit yang melakukan pemantauan untuk kepentingan pertahanan keamanan dan pengelolaan sumber daya alam.
Kita tentunya sangat berbangga dengan mulai banyaknya produk-produk canggih ciptaan anak-anak bangsa. Memang kendala utamanya bukan lah masalah kemampuan, tapi masalah dana. Seperti halnya pesawat tanpa awak ini, kebanyakan riset-riset teknologi canggih dan tepat guna sering kali terhambat perkembangannya karena masalah dana riset yang sangat minim.
Disinilah dibutuhkan sinergi yang disebut sebagai sinergi ABG. ABG berarti akademisi, bisnis dan government atau pemerintah. Dalam hal inovasi dan pengembangan riset teknologi, memang pemerintah tidak boleh berjalan sendiri. APBN maupun APBD akan sangat terbatas dalam membiayai riset-riset strategis. Sudah waktunya pemerintah menggaet sektor bisnis dan akademisi untuk ikut bergabung dalam pengembangan teknologi tepat guna. Tentunya harus dicari link-nya, bagaimana suatu riset nantinya bermanfaat untuk rakyat, untuk sponsor bisnis dengan memberikan keuntungan riil kepada sponsor bisnis tersebut, dan untuk akademikus sebagai bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan.
Sekali lagi, selamat dan sukses kepada para pahlawan bangsa, para penemu, periset, pelopor, dan promotor yang telah memberikan dedikasi tinggi untuk keharuman nama bangsa.
Pesawat tanpa awak adalah wahana canggih yang saat ini semakin banyak digunakan terutama untuk misi-misi militer. Amerika sudah berkali-kali diberitakan menggunakan pesawat tanpa awak dalam medan pertempuran Irak dan Afganistan. Bahkan diberitakan penggunaan pesawat tanpa awak telah mencapai 500.000 jam terbang di Irak saja. Walaupun akan terjadi penarikan pasukan Amerika di Irak tahun ini, jam operasi pesawat tanpa awak justru diperkirakan akan naik dengan pesat. Bahkan Pentagon menyatakan, tengah membangun rencana besar pengembangan sistem wahana tanpa awak yang lebih canggih untuk 25 tahun ke depan.
Pesawat tanpa awak buatan dalam negeri salah satunya adalah prototipe Unmanned Areal Vehicle-530 (UAV-530) yang dikembangkan program riset khusus bidang teknologi pertahanan di bawah Kementrian Negara Riset dan Teknologi, yang melibatkan instansi pemerintah dan swasta nasional, di antaranya Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Balitbang TNI AU, dan Balitbang Departemen Pertahanan. Untuk komponen, rancang bangun, dan rekayasa pesawat tersebut, tim riset didukung oleh PT. Pindad, PT. LEN Industri, PT. Dirgantara Indonesia, dan ITB. Program tersebut di mulai Maret 2007 sampai dengan 2010.
Selain pesawat tanpa awak UAV-530, ada beberapa pesawat tanpa awak yang dikembangkan di Indonesia, yaitu oleh BPPT yang disebut PUNA (Pesawat Udara Nir Awak). Dislitbang TNI AU dan Balitbang Dephan juga mengembangkan Pesawat Terbang Nir Awak. Tidak ketinggalan pula ITB yang bekerja sama dengan Robo Aero Indonesia, dan UAVindo juga mengembangkan prototype pesawat tanpa awak.
Dibandingkan dengan pesawat tanpa awak yang lain, UAV-530 memiliki beberapa kelebihan, seperti struktur sayap dapat dilipat sehingga mampu menjelajah wilayah yang sulit ditempuh pesawat kecil. UAV-530 dikendalikan melalui sistem komunikasi yang ditempatkan di darat atau remotely piloted vehicle (RPV). UAV dilengkapi dua sistem komunikasi, yaitu sistem kendali dan kamera yang secara realtime akan dikendalikan dan menampilkan citra di layar monitor di darat.
UAV berbahan bakar avtur dan mampu menjelajah medan berbahaya yang tidak mungkin dilakukan pesawat biasa; seperti terbang rendah untuk pemantauan wilayah kebakaran hutan, wilayah perbatasan, dan wilayah konflik.
Pada masa mendatang, pesawat tanpa awak ini akan membantu tugas pemantauan wilayah Republik Indonesia yang terdiri dari belasan ribu pulau. Saat ini, pesawat terbang dan satelit yang melakukan pemantauan untuk kepentingan pertahanan keamanan dan pengelolaan sumber daya alam.
Kita tentunya sangat berbangga dengan mulai banyaknya produk-produk canggih ciptaan anak-anak bangsa. Memang kendala utamanya bukan lah masalah kemampuan, tapi masalah dana. Seperti halnya pesawat tanpa awak ini, kebanyakan riset-riset teknologi canggih dan tepat guna sering kali terhambat perkembangannya karena masalah dana riset yang sangat minim.
Disinilah dibutuhkan sinergi yang disebut sebagai sinergi ABG. ABG berarti akademisi, bisnis dan government atau pemerintah. Dalam hal inovasi dan pengembangan riset teknologi, memang pemerintah tidak boleh berjalan sendiri. APBN maupun APBD akan sangat terbatas dalam membiayai riset-riset strategis. Sudah waktunya pemerintah menggaet sektor bisnis dan akademisi untuk ikut bergabung dalam pengembangan teknologi tepat guna. Tentunya harus dicari link-nya, bagaimana suatu riset nantinya bermanfaat untuk rakyat, untuk sponsor bisnis dengan memberikan keuntungan riil kepada sponsor bisnis tersebut, dan untuk akademikus sebagai bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan.
Sekali lagi, selamat dan sukses kepada para pahlawan bangsa, para penemu, periset, pelopor, dan promotor yang telah memberikan dedikasi tinggi untuk keharuman nama bangsa.
Comments