Alergi Susu Sapi pada Bayi

Susu sapi merupakan salah satu jenis makanan yang paling sering menimbulkan reaksi alergi. Munculnya reaksi tergantung dari jumlah susu yang ditelan, kecepatan absorbsi dan faktor-faktor lain seperti adanya infeksi usus yang mengubah permeabilitas usus. Bayi dengan riwayat keluarga atopi beresiko untuk menderita alergi susu sapi.
Gejala alergi susu sapi dapat timbul di kulit (eksim/dermatitis atopi, urtikaria), saluran cerna (muntah, kembung, kolik, diare, tinja berdarah) dan saluran nafas (asma, batuk, pilek). Pada umumnya gejala dan tanda yang ditimbulkan akibat alergi susu sapi dibagi atas Reaksi cepat yaitu dalam 45 menit setelah paparan, berupa: erupsi pada kulit, bersin-bersin, batuk, hidung berair, ngorok. Reaksi lambat (terjadi dalam 20 jam) setelah paparan berupa diare, pucat, muntah. Reaksi sangat lambat (setelah 20 jam) berupa diare, gejala gangguan pernafasan.
Untuk mengetahui adanya alergi susu sapi dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut: Tes Eliminasi yaitu dengan melihat adakah perbaikan gejala setelah menghindari susu sapi tersebut. Tes tantangan (Challenge Test) bertambah buruknya gejala pada saat ditambahkan kembali susu sapi tersebut. Tes ini jangan dilakukan pada kasus-kasus yang mengancam jiwa. Pemeriksaan kadar Ig E, pada kondisi alergi akan didapatkan hasil Ig E darah yang meningkat. Tes kulit, uji tusuk (skin prick tests), hanya uji kulit ini banyak menghasilkan positif palsu.
Apabila seorang anak menderita alergi susu sapi maka hal terpenting adalah menghindari susu sapi dan produknya. Pemberian ASI merupakan cara terbaik untuk menghindari alergi susu sapi. Bayi yang karena sesuatu hal tidak disusui (ASI) dianjurkan mengkonsumsi susu formula hipoalergenik. Pemberian ASI eksklusif merupakan upaya pencegahan sedini mungkin. Pengenalan susu sapi setelah 6 bulan akan mengurangi kejadian alergi susu sapi.
Oleh: Dr. Dian Kumalasari
Comments