Waspadalah Diabetes Mengancam Hidup Kita
Hari itu pasien saya, sebut saja ibu A, 55 tahun, datang untuk konsul ke Poliklinik Penyakit Dalam. Beliau dirujuk dari dari Poliklinik Mata dan direncanakan akan melakukan terapi laser pada matanya. Beliau tidak pernah mengetahui kadar gula darahnya hingga suatu saat penglihatannya rabun, dan saat ke dokter mata ia disarankan untuk dilakukan terapi laser sambil diperiksakan kadar gula darahnya. Ternyata kadar gula darahnya cukup tinggi: gula darah puasa 208 dan gula darah 2 jam setelah makan 316. Baru hari itu juga ia diberitahu oleh dokter matanya bahwa gula darahnya tinggi dan karenanya ia harus dikonsulkan ke Poliklinik Penyakit Dalam untuk mengontrol gula darahnya terutama sebelum operasi. Agak terhenyak juga begitu ia tahu ia menderita kencing manis, karena selama ini ia tidak pernah merasakan sakit apapun.
Suasana IGD (Instalasi Gawat Darurat) cukup ramai. Hari itu tengah malam, masuk seorang bapak dengan ditemani keluarganya datang. Kaki kanannya terbungkus kain dari rumah, dan saat dibuka, ujung jari-jari kakinya tampak hitam dengan nanah keluar dari luka. Ternyata luka itu hanya berawal dari lecet karena memakai sepatu baru dan walaupun ia tahu kalau menderita sakit gula sejak lama, hanya diobati saja dengan betadin dan obat tradisional hingga suatu saat lukanya bertambah parah, keluarganya memutuskan ia harus ke rumah sakit. Sakit gulanya tidak pernah ia kontrol sekalipun ke dokter, hanya merasa dengan diet saja cukup . Saat diperiksakan, gula darah sewaktunya 322. Hari itu ia menerima keputusan bahwa jari kakinya yang hitam harus diamputasi segera.
Kali lain di IGD, saya dikonsultasikan oleh bagian syaraf. Pasien stroke mereka – tidak sadar - ternyata saat diperiksakan gula darahnya sangat tinggi, gula darah sewaktu 520. Tanya jawab dengan keluarga pasien, ternyata pasien memang memiliki sakit gula sudah sejak 10 tahun yang lalu, namun sekitar 5 tahunan terakhir tidak kontrol dan tidak minum obat teratur lagi karena dikatakan sudah bosan dengan penyakitnya.
Sekilas cerita-cerita di atas terkadang membuat kita sadar, bahwa diabetes melitus bukan penyakit sepele. Orang terkadang datang ke dokter saat komplikasi diabetes melitus sudah terjadi.
Diabetes melitus (DM), alias sakit gula atau sakit kencing manis, merupakan penyakit yang ditandai adanya peningkatan kadar gula darah. Di Indonesia, angka kekerapan DM saat ini bertendensi meningkat. Penelitian di daerah Depok Jakarta antara tahun 2001 dan 2005 didapatkan prevalensi DM tipe 2 sebesar 14,7%, sedangkan di Makasar terakhir tahun 2005 mencapai 12,5%. Di dunia, pada tahun 1995, Indonesia menduduki peringkat ke 7, dimana urutan negara dengan jumlah pengidap DM terbanyak adalah India, diikuti Cina, Amerika Serikat, Federasi Rusia, Jepang, Brazil, kemudian Indonesia. Perkiraan oleh WHO, Indonesia akan menempati peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2025, naik 2 kali dibandingkan tahun 1995.
DM merupakan penyakit kronik, yang tidak bisa disembuhkan, namun bisa dikontrol. Penyakit ini boleh dibilang sangat jahat, komplikasi dapat terjadi mulai dari kepala hingga ujung kaki.
Gejala-gejala apa saja yang kita waspadai untuk mendeteksi dini diabetes melitus ?
Gejala yang khas berupa sering haus, sering buang air kecil, terutama buang air kecil malam hari, sering merasa lapar sehingga sering makan, berat badan (BB) turun cepat tanpa penyebab yang jelas. Gejala tidak khas antara lain berupa kesemutan, infeksi yang sulit sembuh, keputihan dan gatal di daerah genitalia pada wanita, penglihatan kabur, cepat lelah, bisul yang hilang timbul, disfungsi ereksi pada pria.
DM dideteksi selain dengan gejala-gejala tadi, dikonfirmasi dengan pemeriksaan kadar gula darah. Adanya gejala khas ditambah kadar gula darah sewaktu > 200, atau gula darah puasa > 126, atau gula darah 2 jam setelah pembebanan dengan glukosa > 200, sudah dapat mendiagnosis seseorang DM.
Bila sudah terdiagnosis DM, dokter biasanya akan memberikan edukasi, terapi dengan obat (bila perlu) disertai diet dan olahraga. Terapi obat bisa berupa obat yang diminum atau injeksi insulin, tergantung situasi dan kondisi pasien.
Komplikasi DM cukup banyak dan serius. Setiap organ tubuh dapat terkena. Stroke, gangguan penglihatan, sakit jantung, sakit ginjal hingga harus cuci darah, serta baal, kesemutan bahkan nyeri pada tangan dan kaki. Pengidap DM juga mudah menderita infeksi seperti penyakit paru TBC. Kadar gula darah tinggi yang tidak terkontrol selain mempermudah infeksi, juga memperberat infeksi yang terjadi.
Bagi orang yang belum menderita DM, sebaiknya tetap waspada terutama bila ada kondisi lain yang berkaitan dengan peningkatan risiko menderita DM dikemudian hari. Faktor terkait risiko menderita DM itu antara lain adalah usia > 45 tahun, kegemukan , hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat melahirkan bayi dengan BB > 4 kg, riwayat DM pada kehamilan, riwayat toleransi glukosa terganggu atau gula darah puasa terganggu (dibuktikan dari pemeriksaan gula darah dan tes toleransi glukosa), kadar kolesterol darah tidak normal, kurang aktivitas fisik, diet (makan) tidak sehat (tinggi gula dan rendah serat).
Deteksi , cegah dan obati sejak DM dini. Deteksi dengan melihat gejala dan pemeriksaan gula darah, cegah dengan menghilangkan faktor risiko seperti tidak gemuk, cukup olahraga, diet yang sehat, serta obati bila sudah menderita DM sesuai saran dokter.
Bagaimana dengan anda dan keluarga ?
Oleh: Dr. N. Dwimartutie
Comments