Tidak Takut Gagal Bisnis, Coba Terus Pantang Menyerah


Walaupun anak STAN, yang sudah dijamin tidak menganggur dan dapat gaji bulanan, tapi bukan berarti naluri bisnis redup. Usaha entrepreneurship saya dan teman-teman STAN, yang saya ingat M. Syahrir, di mulai ketika saya tingkat II. Waktu itu kami sepakat mendirikan bimbingan belajar, namanya Creative. Bimbingan belajar tersebut sejatinya adalah private yang memberikan layanan datang rumah ke rumah. Jadi kami tidak membutuhkan tempat untuk kelas belajar.


Usaha marketing dilakukan dengan menempelkan iklan di tiang listrik dan tembok-tembok perumahan di Bintaro dan sekitarnya. Selain itu, ratusan brosur juga kami masukan ke kotak surat rumah-rumah di target pasar kami. Pagi-pagi, saya bersepeda mengunjungi rumah-rumah di Bintaro untuk memasukan brosur ke kotak pos. Sore hari, usaha yang sama juga ditempuh bergantian dengan rekan bisnis.


Sekian minggu, tidak ada respon pasar sama sekali. Dan pada akhirnya memang tidak ada respon pasar. Inilah keberhasilan kami yang tertunda dari usaha bisnis kami. Dan kami senang dengan pengalaman ini.


Dengan pengalaman tersebut, paling tidak timbul keberanian untuk ber-entrepreneurship. Buktinya, selesai kuliah tahun 2006, ketika masih luntang-lantung di BAKUN, Ary Nugroho mengajak saya ke Pasar Baru dan menunjukkan tempat penjualan film roll (untuk kamera) dengan harga diskon. Inilah awal saya dan Ary mencoba bisnis menjual film roll. Setelah penempatan di Pontianak, Ary men-supply saya dengan film roll tersebut. Saya memasarkannya di Pontianak. Pada jam kerja di KAR (Kantor Akuntansi Regional) Pontianak, saya mencuri waktu keliling kota bersepeda motor menawarkan film roll. Saya juga mengunjungi pesaing utama saya, yaitu Modern Foto, distributor film roll resmi Fuji. Usaha saya menawarkan ke toko-toko film gagal, karena saya tidak bisa memberikan tempo pembayaran. Tapi saya berhasil menemukan pasar lain yaitu Koperasi Mahasiswa Universitas Tanjungpura, dan studio-studio foto. Tidak banyak film yang bisa saya jual, tapi paling tidak persediaan saya habis.


Saya tidak meneruskan penjualan ini, karena keburu memulai bisnis baru, yaitu kursus akuntansi. Bersama Hamim Mustofa, saya menyulap kamar kost saya menjadi kelas belajar. Saya membuat meja belajar (meja Jepang) dan papan tulis. Ada sekitar 15 orang mahasiswa Universitas Tanjungpura belajar rutin setiap minggu di kamar saya. Saya dan Hamim bergantian. Senang sekali menjadi Abang bagi rekan-rekan mahasiswa. Karena saya juga kuliah ekstension (malam hari) di universitas yang sama, maka akses terhadap bahan pembelajaran dan pasar menjadi lebih mudah. Kursus akuntansi terus berjalan dan kami tutup karena panggilan tugas untuk belajar kembali di DIV.


Saya juga mengambil produk gift, seperti bingkai foto, yang berbahan kertas daur ulang dari Bandung. Produk Bandung tersebut saya pasarkan ke toko-toko gift di Kota Pontianak. Sempat terjadi repeat order, namun pada akhir hari saya di Pontianak, masih terdapat persediaan yang saya jadikan hadiah kenang-kenangan untuk sebagian siswa saya di Pontianak.


Kesemuannya adalah kenangan indah saya dalam berentrepreneur, yang nantinya saya teruskan dalam bentuk yang lebih serius dan lebih bermanfaat.

Comments

Unknown said…
akhirnya dik....salut atas keseriusanmu..

melihat tulisan2mu, gw yakin ko, blog lo bisa maju...

keep on writing.....hit akan naik dengan sendirinya, asal kita mau kerja keras

please visit www.bolanova.com......
Dikky Zulfikar said…
Thanks andi, sukses juga buat loe. elo kan guru gua juga.

Popular posts from this blog

Gajah Oling: Lebih Percaya pada Pengaman Swasta

Daftar Situs yang Diblokir Indosat dan Telkom

Pohonku dan Kambingmu