Rapel Pembuat Resah
Sampai suatu ketika, pada pelajaran Intermediate Accounting yang diampu oleh Bpk Ony Syahroni, kegelisahan mahasiswa tercurahkan. Pak Ony, yang waktu itu salah satu pejabat di STAN, sempat bingung. Ada apa gerangan mahasiswa begitu simpang siur menyampaikan keresahan. Seusai jam belajar, saya dan Heri Triatmoko (BPPK) dipanggil untuk menghadap Pak Ony di Gedung A. Beliau menanyakan apa yang sedang terjadi. Kami menjelaskan bahwa teman-teman mahasiswa sangat resah dengan ketidakpastian pembayaran rapelan. Teman-teman merasa bahwa waktunya sudah sangat terlambat. Pak Ony manggut-manggut dan berjanji akan meneruskannya.
Kalau tidak salah pada bulan ke enam, rapelan benar-benar terealisir. Rapelan dibagikan perinstansi masing-masing. Mendadak, mahasiswa STAN kaya raya. Dengan penerimaan bulanan selanjutnya sekitar Rp. 200 ribu - 250.000,- an, saat rapelan teman-teman bisa mendapatkan sekitar Rp. 1,2jt lebih. Inilah orang-orang kaya baru. Namun kegembiraan rekan-rekan dari instansi Departemen Keuangan tidak dirasakan oleh rekan-rekan BPKP dan BPK. Mereka masih harus menunggu dua atau tiga bulan lagi untuk rapelan.
Saya masih ingat beberapa teman memborong barang elektronik. Contohnya, Dodok Dwihandoko (Pajak) yang sangat bangga dengan HiFi Kenwoodnya. Kalau yang saya ingat, belanja modal saya hanya sebuah kamera Fuji, bekal untuk sebuah kencan pertama dengan seseorang. Selebihnya, uang rapel untuk belanja rutin.
Comments