Rapel Pembuat Resah

Menurut kakak kelas, rapel gaji dan TKPKN sejatinya dua atau tiga bulan semenjak tanggal surat pengangkatan PNS. Tapi, ketika kami di tingkat II dulu, tahun 1994, masuk bulan ke enam setelah pengangkatan rapel tidak kunjung datang. Praktis, isu keterlambatan rapel jadi topik utama bahasan para mahasiswa. Rapel begitu dinantikan sampai-sampai perasaan galau mahasiswa begitu ekspresif, terutama di kelas-kelas belajar.

Sampai suatu ketika, pada pelajaran Intermediate Accounting yang diampu oleh Bpk Ony Syahroni, kegelisahan mahasiswa tercurahkan. Pak Ony, yang waktu itu salah satu pejabat di STAN, sempat bingung. Ada apa gerangan mahasiswa begitu simpang siur menyampaikan keresahan. Seusai jam belajar, saya dan Heri Triatmoko (BPPK) dipanggil untuk menghadap Pak Ony di Gedung A. Beliau menanyakan apa yang sedang terjadi. Kami menjelaskan bahwa teman-teman mahasiswa sangat resah dengan ketidakpastian pembayaran rapelan. Teman-teman merasa bahwa waktunya sudah sangat terlambat. Pak Ony manggut-manggut dan berjanji akan meneruskannya.


Kalau tidak salah pada bulan ke enam, rapelan benar-benar terealisir. Rapelan dibagikan perinstansi masing-masing. Mendadak, mahasiswa STAN kaya raya. Dengan penerimaan bulanan selanjutnya sekitar Rp. 200 ribu - 250.000,- an, saat rapelan teman-teman bisa mendapatkan sekitar Rp. 1,2jt lebih. Inilah orang-orang kaya baru. Namun kegembiraan rekan-rekan dari instansi Departemen Keuangan tidak dirasakan oleh rekan-rekan BPKP dan BPK. Mereka masih harus menunggu dua atau tiga bulan lagi untuk rapelan.


Saya masih ingat beberapa teman memborong barang elektronik. Contohnya, Dodok Dwihandoko (Pajak) yang sangat bangga dengan HiFi Kenwoodnya. Kalau yang saya ingat, belanja modal saya hanya sebuah kamera Fuji, bekal untuk sebuah kencan pertama dengan seseorang. Selebihnya, uang rapel untuk belanja rutin.

Comments

Popular posts from this blog

Gajah Oling: Lebih Percaya pada Pengaman Swasta

Asal-usul Ngeles (Mengelak) & Legenda Ngeles Amrik

Designer atau Developer