Calo Sungguh Sakti Mandraguna: Kasus Sriwijaya Air

Kerja calo tiket pesawat di Bandara Soekarno Hatta memang sungguh luar biasa. Tiket pesawat bisa di-issue dari lapangan parkir. Dan hasilnya adalah, tiket resmi, dengan nama kita, untuk penerbangan setengah jam kemudian, dan terdaftar di sistem check-in airline. Tak habisnya saya geleng kepala atas kebobrokan yang didemonstrasikan oleh sistem reservasi kolaborasi calo dan orang dalam airlines.

Senin lalu, 19/11/07, saya terpaksa harus berhubungan dengan calo, karena pesawat yang seharusnya berangkat jam 06.00 pagi, dibatalkan sepihak oleh Mandala Air. Mandala Air memberikan tiga pilihan, refund penuh, ganti jadwal, atau tetap berangkat dengan airline lain dengan biaya dari Mandala Air. Tentu saja pilihan terakhir lebih baik, masalahnya pembatalan mendadak seperti itu tidak menjamin penumpang Mandala Air mendapatkan kursi di Airline lain. Jadi, shubuh itu, kru Mandala berjibaku ke beberapa airline yang bisa dipilih, seperti Adam Air jam 08.00, Sriwijaya Air jam 07.00, Batavia Air jam 07.00, maupun Garuda jam 07.00. Sayangnya, hanya sedikit penumpang Mandala yang beruntung mendapatkan seat pada jam-jam tersebut. Pihak Mandala Air mengatakan bahwa pesawat fully-booked dan kami berada di posisi tunggu.

Tanpa sengaja, ketika keluar dari kantor airline menuju toilet, seorang calo mendekati dan menawarkan tiket. Nah ini dia!, baru terpikir untuk usaha sendiri lewat calo. Setelah telpon sana sini dia mengkonfirmasi ada seat Sriwijaya Air jam 07.00 untuk tiga orang. Saya segera masuk ke kantor Mandala Air dan minta persetujuan pihak Mandala. Pihak Mandala menyetujui membayar tiket dari si calo dan KTP saya dan dua orang calon penumpang lainnya yang beruntung ditulis dan dikirimkan via sms oleh si Calo. See… katanya fully booked, tapi lewat tangan calo, simsalabim, tetap ada seat.

Kami dan calo segera menuju menuju Terminal II B (tempat Sriwijaya), si calo mendahului kami dan meminta menunggu. Dia menyeberang jalan di depan Terminal menuju ke tempat parkir. Sepeminuman teh kemudian (maksudnya 2 menit-an), si calo nongol dan kembali menghampiri kami dan menyerahkan tiga tiket Sriwijaya dengan nama kami tertera persis sesuai KTP. Ini memang sulapan, pikir saya.

Saya segera menuju ruang check-in Sriwijaya. Saya melihat petugas check-in memegang print kertas daftar nama penumpang. Setiap penumpang yang check-in maka akan diverifikasi dengan daftar dan dicentang dalam kertas tersebut. Dalam pikiran saya, mengingat semua ini terjadi dalam 10 - 15 menit-an, dan daftar di tangan petugas sudah penuh dengan coretan, yang artinya sudah diprint dan digunakan sejak dibukanya check-in, maka saya menebak, nama saya tidak akan ada dalam daftar tersebut. Dan mulai timbul kekuatiran, jangan-jangan saya ditolak karena tidak terdaftar, dan ternyata tiket saya adalah palsu. Waduh, bodohnya saya, gawat nih gagal terbang.

Tapi, ajaibnya, ketika giliran saya check in, nama saya lulus verifikasi. Saya mendapatkan boarding past, dan everything was going well. Two thumbs up for this system.

Inilah hasil kesaktian para calo yang berhasil memanipulasi sistem reservasi airlines nasional. Yang saya takutkan adalah, kalau sistem reservasi saja gampang direkayasa, bagaimana dengan sistem lain terkait airlines. Sistem pemeliharaan pesawat, sistem pelaporan kepatuhan, sistem operasionalisasi pesawat, dan seterusnya. Jangan-jangan juga penuh dengan tikus-tikus yang mencari keuntungan baik untuk pribadi maupun untuk perusahaan dengan mengelabui otoritas pengawas penerbangan dan pelanggan.

Sebagai bukti lain di Sriwijaya, masih ingat larangan untuk pesawat Boeing 737-200 setelah kecelakaan Mandala di Medan?. Setelah kejadian tersebut otoritas penerbangan mewajibkan airlines untuk upgrade pesawat dan melarang jenis pesawat ini untuk terbang. Sejauh yang saya tahu sekarang, Boeing 737-200 sudah sulit saya temukan. Armada Adam dan Batavia banyak menggunakan Boeing 737-300, Mandala menggunakan Boeing 737-400, Lion dengan MD-nya . Ya hanya Sriwijaya Air yang masih konsisten menggunakan Boeing 737-200. Mungkin ini lah bukti lain kesaktian Sriwijaya Air di depan otoritas dan regulator penerbangan di Republik ini. Pantas saja, calonya juga sama saktinya.

Comments

Unknown said…
sorry mas, belum sempat izin,
tulisan ini saya posting ke milis stanplus (stanplus@yahoogroups.com)
Unknown said…
Waktu ke Bengkulu, mendadak adik masuk rumah sakit. Saya buru2 balik, padahal peak season. Atas pertolongan kawan2 di sana saya bisa pulang dgn tiket MRS. SIAPA GITU. Padahal saya berjenggot :D

Aduh, mudah2an nggak merugikan orang lain.
Dikky Zulfikar said…
Pak Novi, silahkan, semoga bermanfaat. Titip salam buat teman2 di Stanplus. Saya angkatan 93 pak, anda di stanplus angkatan berapa?
Dikky Zulfikar said…
Pak Beta, memang aturan dari dishub tambah lama tambah ditinggalin. padahal dulu waktu masih baru diterbitkan, cek nama tiket dengan ktp ketat sekali, sampe dua kali, di check in dan di gate.
tambah lama, eee jadi pada malas. sekarang mulai jarang ditanya ktp.

Mustinya dulu anda cukur jenggot dulu dan pake krudung :P
Unknown said…
Pak Dikky, turut berduka atas wafatnya orangtua. Semoga kesabaran keluarga yang ditinggalkan menjadi amal baik bagi almarhum dan keluarga.
Anonymous said…
waahh....benerrr2 Indonesia ni ! :-o

Popular posts from this blog

Gajah Oling: Lebih Percaya pada Pengaman Swasta

Daftar Situs yang Diblokir Indosat dan Telkom

Pohonku dan Kambingmu