Berita Burung Polonia Dibakar, Juga Kebanyakan Pasar Rakyat
Bandar Udara Polonia terbakar!, berita besar minggu lalu. Ah!, bukan terbakar, itu dibakar!. Lho, Apa pasal? Bandara Polonia kan sudah tidak layak lagi. Polonia sudah terlalu dekat dengan pemukiman penduduk. Ingat kasus Mandala Air yang jatuh di Polonia, sebagian korbannya adalah masyarakat sekitar bandara. Tapi tidak mudah untuk memindahkan Bandar Udara tersebut, banyak sekali permasalahan pelik. Nah, dalam kondisi demikian, maka Polonia dibakar. Ya, apalagi kalau bukan agar bandara tersebut pindah, dan ada proyek baru pembangunan bandara di Sumatera Utara.
Jangan percaya, Lai, itu hanyalah pikiran nakal. Sama sekali tidak ada dasar kebenarannya. Saya hanya ingin mengingatkan pembaca semua, bahwa ada puluhan pasar tradisional yang telah terbakar (diduga dibakar!!), dan akhirnya dipindahkan atau dibangun ulang tanpa ada pihak yang bisa dimintai bertanggungjawab.
Ribuan korban kebakaran pasar meratap dan menangis, menelan kerugian yang kalau dijumlah sudah mencapai triliunan rupiah. Mereka adalah pedagang kecil, pedagang pasar, para penggerak ekonomi rakyat. Tapi, siapa yang mau peduli kepada mereka?.
Tidak satupun kasus kebakaran pasar yang ditemukan dalang pembakarnya. Bukan karena si pembakar sakti mandraguna, tapi memang karena tidak ada yang menyelidikinya dengan serius. Ingat kasus Pasar Turi Surabaya kan? Sudah jelas banyak bukti yang mengarahkan kepada aksi kesengajaan, tapi ya itu, mungkin tidak cukup dana untuk membuat pihak berwajib berupaya mencari si penjahat. Coba kalau yang dibakar adalah pasarnya pedagang warga negara Australia, sekaligus ada korban jiwa orang Australia, pastilah cepat ketemu itu teroris pembakar pasar. Kelihatannya, begitulah rule of the game-nya, kalau ada duit kukejar kau penjahat sampai ke ujung dunia.
Alangkah menderitanya para pedagang pasar korban kebakaran. Setelah dagangannya terbakar, maka keramaian pasar segera hilang. Tidak ada yang namanya asuransi di pasar kita. Korban kebakaran harus menanggung semua kerugiannya sendiri dan harus pula membayar kembali kios pasarnya setelah dibangun kembali. Tentunya dengan harga yang jauh lebih tinggi karena pembangunannya diserahkan kepada pihak swasta. Mana mau Pemerintah mendanai pembangunan pasar saat ini. Korban kebakaran harus kehilangan haknya sebagai pemilik kios kalau tidak mampu membayar harga baru yang selangit. Di tambah lagi, mereka mendapatkan hadiah dari pengembang, yaitu berupa kios-kios kosong yang siap dijubeli pesaing baru mereka.
Sudah puluhan, bahkan ratusan pasar yang ter(di)bakar. Sekarang hanya beberapa yang masih tersisa. Pasar manapun, kalau ramai dan potensial, tapi tidak mau diajak kompromi pembenahan pasar, baik oleh pemerintah setempat maupun pengusaha, maka tinggal menunggu waktu. Tiba-tiba, api datang entah dari mana. Salah satu calon korban bisa jadi adalah Pasar Johar Semarang, pasar ini terkenal ramai dan semrawut. Pedagangnya sulit sekali diajak kompromi pembenahan dan pemodernan pasar. Mungkin ia masuk target operasi. Saya yakin ada Johar-johar lainnya di Nusantara ini.
Kembali ke Polonia. Malang nasibmu Polonia, tapi sebentar lagi, tunggulah sebentar lagi, orang kaya modal akan datang dan menghiasmu kembali. Kenapa tidak dipindahkan?, ya karena belum lah juga berhasil semua terbakar.
Jangan percaya, Lai, itu hanyalah pikiran nakal. Sama sekali tidak ada dasar kebenarannya. Saya hanya ingin mengingatkan pembaca semua, bahwa ada puluhan pasar tradisional yang telah terbakar (diduga dibakar!!), dan akhirnya dipindahkan atau dibangun ulang tanpa ada pihak yang bisa dimintai bertanggungjawab.
Ribuan korban kebakaran pasar meratap dan menangis, menelan kerugian yang kalau dijumlah sudah mencapai triliunan rupiah. Mereka adalah pedagang kecil, pedagang pasar, para penggerak ekonomi rakyat. Tapi, siapa yang mau peduli kepada mereka?.
Tidak satupun kasus kebakaran pasar yang ditemukan dalang pembakarnya. Bukan karena si pembakar sakti mandraguna, tapi memang karena tidak ada yang menyelidikinya dengan serius. Ingat kasus Pasar Turi Surabaya kan? Sudah jelas banyak bukti yang mengarahkan kepada aksi kesengajaan, tapi ya itu, mungkin tidak cukup dana untuk membuat pihak berwajib berupaya mencari si penjahat. Coba kalau yang dibakar adalah pasarnya pedagang warga negara Australia, sekaligus ada korban jiwa orang Australia, pastilah cepat ketemu itu teroris pembakar pasar. Kelihatannya, begitulah rule of the game-nya, kalau ada duit kukejar kau penjahat sampai ke ujung dunia.
Alangkah menderitanya para pedagang pasar korban kebakaran. Setelah dagangannya terbakar, maka keramaian pasar segera hilang. Tidak ada yang namanya asuransi di pasar kita. Korban kebakaran harus menanggung semua kerugiannya sendiri dan harus pula membayar kembali kios pasarnya setelah dibangun kembali. Tentunya dengan harga yang jauh lebih tinggi karena pembangunannya diserahkan kepada pihak swasta. Mana mau Pemerintah mendanai pembangunan pasar saat ini. Korban kebakaran harus kehilangan haknya sebagai pemilik kios kalau tidak mampu membayar harga baru yang selangit. Di tambah lagi, mereka mendapatkan hadiah dari pengembang, yaitu berupa kios-kios kosong yang siap dijubeli pesaing baru mereka.
Sudah puluhan, bahkan ratusan pasar yang ter(di)bakar. Sekarang hanya beberapa yang masih tersisa. Pasar manapun, kalau ramai dan potensial, tapi tidak mau diajak kompromi pembenahan pasar, baik oleh pemerintah setempat maupun pengusaha, maka tinggal menunggu waktu. Tiba-tiba, api datang entah dari mana. Salah satu calon korban bisa jadi adalah Pasar Johar Semarang, pasar ini terkenal ramai dan semrawut. Pedagangnya sulit sekali diajak kompromi pembenahan dan pemodernan pasar. Mungkin ia masuk target operasi. Saya yakin ada Johar-johar lainnya di Nusantara ini.
Kembali ke Polonia. Malang nasibmu Polonia, tapi sebentar lagi, tunggulah sebentar lagi, orang kaya modal akan datang dan menghiasmu kembali. Kenapa tidak dipindahkan?, ya karena belum lah juga berhasil semua terbakar.
Comments