Tunjukkan Manajemen Langit-mu, Bank Muamalat
Tempo hari saya ke Kantor Kas Bank Muamalat di Masjid Al-Furqon Jl. Kramat Raya. Kantornya kecil, antriannya cukup banyak dan bangku tunggu penuh. Petugas Security duduk di meja CS (Customer Service) sedang melengkapi sebuah form deposito. Saya menanyakan mana petugas CS-nya. Alangkah kagetnya saya mendengar jawaban, bahwa di kantor tersebut tidak ada petugas CS-nya, dan Mas Security merangkap menjadi petugas CS. Lho kok bisa?, untuk efesiensi?. Bagaimana dengan hak nasabah mendapatkan pelayanan perbankan?, kenapa oleh Security?
Di Kantor Kas Bank Muamalat Masjid Baiturrahman Semarang, saya juga pernah menegur petugas Security yang saya lihat berdiri di dalam meja teller. Tellernya sedang tidak ada dan kelihatannya dia sedang dipasrahi menunggu. Saya tanyakan kenapa Security ada di teller, apakah itu dibolehkan? Dia segera keluar dan mengatakan kalau Teller sedang istirahat makan. Saya cecer, kenapa tidak ada penggantinya? Bagaimana nasabah dilayani kalau ditinggal makan?. Apakah ini Kantor Kelurahan?.
Menurut Siti Fadjrijah, Deputi Gubernur Bank Indonesia, yang saya kutip dari Business Week No. 33, 12 Desemeber 2007, ada dua kelemahan utama Bank Syariah, yaitu (1) belum memahami kebutuhan riil dari nasabah dan (2) lemahnya kualitas sumber daya manusia.
Bank Muamalat adalah bank syariah pertama di Indonesia. Saya sangat kagum dengan strategi membangun organisasi yang diterapkan oleh Bank Muamalat yang disebut sebagai The Celestial Management/Manajemen Langit. The Celestial Management pernah dimuat di Harian Republika secara berseri dan dijual di pasaran dalam bentuk buku.
Konsep inti dari The Celestial Management adalah Zikr, Pikr, dan Mikr. Zikr adalah filosofi berdzikir (the philosophy of remembrance), bahwasanya tempat bekerja adalah tempat ibadah, sehingga konsekuensinya tempat bekerja harus suci terbebas dari hal-hal yang haram. Selain itu bekerja pun harus ikhlas dan dengan niat yang baik. Bank Muamalat adalah bank syariah yang membebaskan diri dari riba.
Zikr adalah kependekan dari (1) Zero base, yang artinya memandang dan meniatkan pekerjaan dengan yang baik dan suci, (2) Iman, berarti bahwa seluruh tindakan didasarkan pada iman kepada Allah, (3) Konsisten, berarti tetap pada tujuan semula dan tidak mudah goyah dalam menjalankan misi, dan (4) Result oriented, mempunyai tujuan yang jelas, yang pada akhirnya the ultimate goal adalah Allah semata.
Pikr adalah filosofi untuk berpikir dan berbagi. Kemampuan berpikir merupakan anugerah utama Allah kepada manusia yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Dengan berpikir maka manusia mempunyai kemampuan regeneratif. Berpikir tidak akan optimal apabila dilakukan sendiri, sehingga berpikir membutuhkan kerjasama dan berbagi antar individu. Hasil dari buah pikir tersebut diharapkan memberikan kesejahteraan baik material maupun non material. Dengan demikian, tempat kerja yang merupakan kumpulan individu-induvidu adalah tempat untuk berpikir dan berbagi kesejahteraan dan kepedulian antar sesama, baik itu kepada Customer, Crew (karyawan), Community, maupun pemegang Capital (dikenal sebagai 4C).
Pikr adalah kependekan dari (1) Power sharing, berarti pengembangan organisasi, delegasi wewenang, birokrasi yang efisien, dan kontrol yang memadai, (2) Information sharing, yaitu adanya transparansi informasi kepada seluruh stake holder (4C), (3) Knowledge sharing, yaitu kegiatan koordinasi, diskusi, brainstorming, pelatihan, pengembangan dalam organisasi, dan (4) Reward sharing, yang berarti adanya distribusi kesejahteraan dengan menggunakan sistem yang jelas dan transparan.
Mikr adalah filosofi untuk perjuangan (philosophy of warfare), bahwa semua prestasi dicapai dengan kerja keras dan perjuangan. Medan pertempuran tersebut adalah medan tempur dalam mendapatkan pemberdayaan ekonomi umat. Untuk keberhasilan dalam perjuangan dan pertempuran tersebut, maka segala sesuatu harus dimulai dari diri sendiri.
Mikr, adalah kependekan dari (1) Militan, yang berarti setiap Crew harus mempunyai jiwa militansi, yaitu jiwa yang penuh gairah, bersemangat tinggi, siap dan terlatih dengan baik, serta tahan banting dan pantang menyerah. (2) Intelek, yang berarti bahwa militansi didasarkan pada kemampuan intelektualismen yang memadai dan unggul. Tidak mengandalkan emosi dan kebodohan, namun bersandar pada akal sehat. Intelek juga berarti menghargai adanya perbedaan, meningkatkan nilai tambah dan potensi diri, serta mampu mengambil hikmah dari setiap peristiwa. (3) Kompetitif, adalah kemampuan dan kesiapan untuk selalu bersaing dalam kebaikan sehingga selalu mendapatkan hasil kinerja yang efisien dan optimal. (4) Regeneratif, yang berarti mampu untuk mengembangkan kader-kader baru, patah tumbuh hilang berganti. Juga berarti bahwa organisasi bekerja bukan karena figur tertentu, tapi karena sistem yang mengaturnya dengan baik dan menjadi panduan standar.
Manajemen Langit, adalah filosofi manajemen yang sangat mendalam dan holistik. Saya yakin apabila Bank Muamalat konsisten dan komitmen dalam mengimplementasikan Manajemen Langit, kekurangan Bank Muamalat seperti yang saya sebutkan di awal tulisan tidak perlu terulang dan segera diperbaiki.
Crew Muamalat juga seharusnya segera mampu membuat aksi nyata, sehingga pendapat dari Deputy Gubernur BI tentang kerisauannya akan kelemahan Bank Syariah dapat segera diatasi, dan kemudian mampu tampil sebagai bank syariah yang diperhitungkan, mengejar ketertinggalan dari bank konvensional.
Mari kita tunggu hasil nyata dari Manajemen Langit, tentunya tidak dalam waktu yang lama. Semoga sukses.
Di Kantor Kas Bank Muamalat Masjid Baiturrahman Semarang, saya juga pernah menegur petugas Security yang saya lihat berdiri di dalam meja teller. Tellernya sedang tidak ada dan kelihatannya dia sedang dipasrahi menunggu. Saya tanyakan kenapa Security ada di teller, apakah itu dibolehkan? Dia segera keluar dan mengatakan kalau Teller sedang istirahat makan. Saya cecer, kenapa tidak ada penggantinya? Bagaimana nasabah dilayani kalau ditinggal makan?. Apakah ini Kantor Kelurahan?.
Menurut Siti Fadjrijah, Deputi Gubernur Bank Indonesia, yang saya kutip dari Business Week No. 33, 12 Desemeber 2007, ada dua kelemahan utama Bank Syariah, yaitu (1) belum memahami kebutuhan riil dari nasabah dan (2) lemahnya kualitas sumber daya manusia.
Bank Muamalat adalah bank syariah pertama di Indonesia. Saya sangat kagum dengan strategi membangun organisasi yang diterapkan oleh Bank Muamalat yang disebut sebagai The Celestial Management/Manajemen Langit. The Celestial Management pernah dimuat di Harian Republika secara berseri dan dijual di pasaran dalam bentuk buku.
Konsep inti dari The Celestial Management adalah Zikr, Pikr, dan Mikr. Zikr adalah filosofi berdzikir (the philosophy of remembrance), bahwasanya tempat bekerja adalah tempat ibadah, sehingga konsekuensinya tempat bekerja harus suci terbebas dari hal-hal yang haram. Selain itu bekerja pun harus ikhlas dan dengan niat yang baik. Bank Muamalat adalah bank syariah yang membebaskan diri dari riba.
Zikr adalah kependekan dari (1) Zero base, yang artinya memandang dan meniatkan pekerjaan dengan yang baik dan suci, (2) Iman, berarti bahwa seluruh tindakan didasarkan pada iman kepada Allah, (3) Konsisten, berarti tetap pada tujuan semula dan tidak mudah goyah dalam menjalankan misi, dan (4) Result oriented, mempunyai tujuan yang jelas, yang pada akhirnya the ultimate goal adalah Allah semata.
Pikr adalah filosofi untuk berpikir dan berbagi. Kemampuan berpikir merupakan anugerah utama Allah kepada manusia yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Dengan berpikir maka manusia mempunyai kemampuan regeneratif. Berpikir tidak akan optimal apabila dilakukan sendiri, sehingga berpikir membutuhkan kerjasama dan berbagi antar individu. Hasil dari buah pikir tersebut diharapkan memberikan kesejahteraan baik material maupun non material. Dengan demikian, tempat kerja yang merupakan kumpulan individu-induvidu adalah tempat untuk berpikir dan berbagi kesejahteraan dan kepedulian antar sesama, baik itu kepada Customer, Crew (karyawan), Community, maupun pemegang Capital (dikenal sebagai 4C).
Pikr adalah kependekan dari (1) Power sharing, berarti pengembangan organisasi, delegasi wewenang, birokrasi yang efisien, dan kontrol yang memadai, (2) Information sharing, yaitu adanya transparansi informasi kepada seluruh stake holder (4C), (3) Knowledge sharing, yaitu kegiatan koordinasi, diskusi, brainstorming, pelatihan, pengembangan dalam organisasi, dan (4) Reward sharing, yang berarti adanya distribusi kesejahteraan dengan menggunakan sistem yang jelas dan transparan.
Mikr adalah filosofi untuk perjuangan (philosophy of warfare), bahwa semua prestasi dicapai dengan kerja keras dan perjuangan. Medan pertempuran tersebut adalah medan tempur dalam mendapatkan pemberdayaan ekonomi umat. Untuk keberhasilan dalam perjuangan dan pertempuran tersebut, maka segala sesuatu harus dimulai dari diri sendiri.
Mikr, adalah kependekan dari (1) Militan, yang berarti setiap Crew harus mempunyai jiwa militansi, yaitu jiwa yang penuh gairah, bersemangat tinggi, siap dan terlatih dengan baik, serta tahan banting dan pantang menyerah. (2) Intelek, yang berarti bahwa militansi didasarkan pada kemampuan intelektualismen yang memadai dan unggul. Tidak mengandalkan emosi dan kebodohan, namun bersandar pada akal sehat. Intelek juga berarti menghargai adanya perbedaan, meningkatkan nilai tambah dan potensi diri, serta mampu mengambil hikmah dari setiap peristiwa. (3) Kompetitif, adalah kemampuan dan kesiapan untuk selalu bersaing dalam kebaikan sehingga selalu mendapatkan hasil kinerja yang efisien dan optimal. (4) Regeneratif, yang berarti mampu untuk mengembangkan kader-kader baru, patah tumbuh hilang berganti. Juga berarti bahwa organisasi bekerja bukan karena figur tertentu, tapi karena sistem yang mengaturnya dengan baik dan menjadi panduan standar.
Manajemen Langit, adalah filosofi manajemen yang sangat mendalam dan holistik. Saya yakin apabila Bank Muamalat konsisten dan komitmen dalam mengimplementasikan Manajemen Langit, kekurangan Bank Muamalat seperti yang saya sebutkan di awal tulisan tidak perlu terulang dan segera diperbaiki.
Crew Muamalat juga seharusnya segera mampu membuat aksi nyata, sehingga pendapat dari Deputy Gubernur BI tentang kerisauannya akan kelemahan Bank Syariah dapat segera diatasi, dan kemudian mampu tampil sebagai bank syariah yang diperhitungkan, mengejar ketertinggalan dari bank konvensional.
Mari kita tunggu hasil nyata dari Manajemen Langit, tentunya tidak dalam waktu yang lama. Semoga sukses.
Comments