Untuk Indonesia: Ayo Jadi TKI!

Suatu pagi di Desa Sampang, Cilacap, suara radio nyaring berbunyi, “Pengin punya mobil…mewah…” lirik lagu Oppie yang berjudul "Mimpi" dikumandangkan. Kemudian suara kedua menimpali yang intinya mengatakan, bahwa adalah gampang untuk memiliki mobil mewah, rumah mewah, ataupun uang banyak. Selanjutnya, bintang iklan si empunya suara melanjutkan, untuk mendapatkan kemewahan tersebut cukup hubungi PT XXX untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia, baik di Malaysia, Korea, maupun Saudi Arabia. Syaratnya mudah, kata iklan tersebut, hanya minimal lulusan SMP, dan berbadan sehat. Iklan radio ditutup dengan ajakan untuk segera pergi mendaftar sebagai TKI ke PT XXX.

Terus terang saya baru memahami, ternyata besarnya minat masyarakat Indonesia untuk menjadi TKI juga didorong oleh iklan dan ajakan yang gencar dari perusahaan-perusahaan jasa penyalur TKI. Mereka tidak hanya bergerilya dari kampung ke kampung untuk mencari calon TKI, namun telah menggunakan media-media yang mempunyai akses luas seperti radio untuk mengiklankan sebuah Indonesian’s dream, yaitu menjadi kaya dan makmur, dengan menjadi TKI.

Gelombang TKI ke manca negara sering kali menjadi berita panas, terutama terkait dengan isu-isu penangkapan, pemerkosaan, hukuman mati, penganiayaan dan deportasi. Namun disisi lain banyaknya TKI di luar negeri merupakan salah satu solusi sekaligus harapan baru.

Sebagai solusi berarti bahwa kepergian warga sebagai TKI untuk mengadu nasib di banyak negara tetangga berarti wujud kesadaran dan keberanian masyarakat Indonesia untuk maju dan tidak menyerah dengan kondisi saat ini yang tidak mendukung. Mereka tidak bersedia menunggu untuk ditolong siapapun, namun mereka berani berkorban untuk merubah nasib.

Tentunya kesadaran dan keberanian tersebut merupakan sebuah contoh nyata bagi masyarakat Indonesia lainnya. Bahwa mereka, walaupun serba terbatas, tetap mempunyai daya juang yang tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sebagian besar TKI telah sukses dan mampu mendatangkan devisa bagi negara sekaligus memperbaiki nasib mereka dan keluarganya. Kita patut memberikan apresiasi atas apa yang telah mereka korbankan dan perjuangkan. Apalagi ternyata sumbangan devisa TKI Indonesia telah mencapai angka lebih dari Rp. 100 Triliun!, sungguh fantastis.

Sebagai harapan baru berarti bahwa TKI yang ketika berangkat dari Indonesia ke negara tujuan belum mempunyai skill memadai ternyata dapat menerima transfer of knowledge, keterampilan, sekaligus pelajaran tentang etos kerja dari perusahaan tempat mereka bekerja di luar negeri. Ketika mereka telah menjalani masa kontrak satu atau dua tahun, mereka bukan lagi tenaga kerja Indonesia seperti sebelumnya. Mereka adalah tenaga kerja yang berpengalaman dan memiliki keahlian. Patutlah kita berbangga atas hal ini dan berharap bahwa apabila mereka kembali ke tanah air maupun ketika mereka memutuskan untuk tetap bekerja di luar negeri kapasitas mereka sudah berbeda.

Bisa dikatakan tempat mereka bekerja saat ini adalah kawah candradimuka tempat mereka belajar menjadi manusia terampil dan beretos kerja tinggi dengan standar internasional. Terbukti banyak sekali TKI yang tadinya berangkat sebagai pegawai rendahan dapat merubah level mereka baik sebagai pegawai dengan gaji yang jauh lebih baik, sebagai pengusaha yang memanfaatkan kesempatan bisnis di negara tetangga, maupun melanjutkan bekerja atau berwiraswasta di Indonesia dengan bekal modal dan keterampilan yang didapatkan dari luar negeri.

Saya pribadi mendukung pengiriman TKI keluar negeri. Tentunya semakin banyak akan semakin baik, dengan syarat semua dilakukan secara legal, terarah, dan terkoordinasi dengan baik, dan bukan saja untuk level bawah tetapi juga untuk tenaga yang lebih terampil dan professional, bahkan sampai level Profesor. Yang saya harapkan adalah gelombang pengiriman TKI saat ini menjadi salah satu tahapan bagi bangsa kita untuk go international. Nantinya akan semakin banyak orang Jawa, Sunda, NTB, maupun suku-suku lain dari Indonesia yang berada di luar negeri, mengambil kesempatan yang terbuka luas, dan pada akhirnya mereka tidak hanya menjadi TKI tapi beremigrasi untuk menetap di negara tujuannya.

Saya jadi teringat emigrasi yang dilakukan orang-orang Eropa, termasuk Irlandia ke tanah harapan Amerika Serikat, emigrasi orang-orang Jawa secara paksa ke Suriname, pembuangan tokoh-tokoh muslim Sulawesi Selatan ke Afrika Selatan, emigrasi besar-besaran orang-orang India, Cina, Meksiko dan bangsa lainnya ke Amerika, emigrasi muslim dari Timur Tengah dan Afrika ke Eropa yang semuanya kemudian menjadikan bangsa-bangsa tersebut, khususnya orang-orang yang berani memperbaiki nasib, akhirnya benar-benar eksis dan diperhitungkan.

Semestinya, kita yang merasa lebih mampu dari pada para TKI yang sering diasosiasikan sebagai tenaga rendahan, harus meniru semangat juang dan pengorbangan yang telah dicontohkan oleh TKI. Kalau mereka dapat menghasilkan devisa Rp. 100 Triliun, berapa yang bisa kita hasilkan? Kalau mereka bisa menghasilkan gaji Rp. 5 – 10 juta per bulan, atau sepuluh kali lipat dari gaji mereka di Indonesia, bayangkan berapa gaji dan penghasilan yang dapat kita capai?.

Sampai dengan saat ini, jutaan orang dari seluruh belahan dunia bahkan dari negara-negara maju, termasuk yang berlabel ekspatriat, melanglang buana untuk mendapatkan kesempatan yang lebih baik di negara asing. Akan kah kita juga terdorong untuk melakukannya?

Apabila kita mampu go internasional, nantinya, akan banyak nama-nama Jawa, Sunda, maupun suku-suku di Indonesia yang akan kita temui di semua belahan dunia. Dan tentunya bukan hanya mantan TKI, juga mereka yang berasal dari jalur lain seperti jalur pendidikan. Orang Aljazair sangat bangga dengan kesuksesan Zidane, orang Irlandia sangat membanggakan Kennedy, orang Afrika tentunya ikut berbangga dengan adanya calon presiden Barrack Obama, dan Indonesia juga bangga dengan adanya Nelson Tansu si orang Medan yang professor termuda di Amerika. Kita tunggu sepuluh dua puluh tahun yang akan datang, bukan hanya nama-nama India, Yahudi, maupun Cina yang mendominasi prestasi dunia, nama-nama bangsa kita pun harus muncul mengharumkan Indonesia. Semangat dan etos kerja TKI, adalah salah satu harapan sekaligus tauladan untuk mencapai impian di atas.

Comments

Anonymous said…
Tki memang merupakan pahlawan devisa negara namun sayang hak hak nya kurang terlindungi dan terurus

Popular posts from this blog

Gajah Oling: Lebih Percaya pada Pengaman Swasta

Asal-usul Ngeles (Mengelak) & Legenda Ngeles Amrik

Designer atau Developer