Setiap Hari Di Tengah Lautan Kebohongan

"Tulisan ini saya tulis dalam keprihatinan saya melihat iklan ramal-meramal, baik dengan dasar no handphone ataupun informasi lainnya. Iklan tersebut sangat intens dan dipasang di tengah tayangan kartun anak-anak".

Berapa kali anda bohong setiap hari? Ketika menuju suatu meeting di luar kantor, handphone berbunyi, rekan diseberang sana menanyakan sudah sampai mana posisi saya. Saya jawab sudah di lift. Handphone ditutup. Padahal posisi saya saat itu masih menunggu laptop shutting down. Kenapa saya menjawab sudah di lift, saya hanya ingin menenangkan dia bahwa saya sudah on going.

Berbohong secara sederhana dapat didefinisikan sebagai mengatakan tidak yang sebenarnya. Selalu ada alasan untuk berbohong, dan selalu ada definisi untuk kebohongan itu sendiri. Apakah disebut kebohongan besar, kebohongan kecil, bahkan hanya disebut “ah biasa”. Lambat laun berbohong menjadi hal benar-benar hal biasa dan dapat ditoleransi.

Berbohong bukan hanya dalam kontek antar pribadi, namun berbohong mencakup konteks yang lebih luas, seperti konteks bisnis, politik, diplomasi antar negara dan seterusnya.

Karena mempunyai arti yang buruk, kata berbohong pun dihaluskan. Berbohong pun tidak dilakukan dengan terang-terangan namun sedemikian rupa dibalut dengan kemasan-kemasan beraneka ragam. Kemasan tersebut bisa berupa diplomasi, kampanye, penanaman persepsi (imaging/branding), marketing. Tentu saja, tidak berarti hal-hal di atas berarti berbohong sepenuhnya. Namun sering ditemukan ada bagian kebohongan yang diselipkan.

Dalam hal diplomasi, sering kali diplomasi hanya mengungkapkan sebagian fakta yang mendukung kepentingan pihak terkait. Sedangkan fakta lain yang bisa jadi lebih signifikan dan relevan disembunyikan. Penyembunyian fakta tersebut tentulah disengaja dan merupakan kebohongan.

Dalam hal kampanye, jargon-jargon kampanye seringkali hanya hiperbolis dan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Bahkan janji-janji yang disampaikan hanyalah komoditas untuk kepentingan panggung dan lain lagi dalam pelaksanaannya.

Dalam hal branding, seringkali korporasi melakukan branding yang terlalu percaya diri. Tidak ada kecap yang nomor dua, semua kecap tentunya nomor satu. Memang dijumpai korporasi yang menyatakan dirinya bukan yang terbaik, namun adalah tidak jujur menyebut yang terbaik tanpa dukungan fakta.

Dalam hal marketing, kita tahu persis bahwa kegiatan marketing lewat promosinya, baik di media cetak maupun media elektronik, seringkali adalah pernyataan kosong semata. Penggambaran dan pemunculannya yang berulang-ulang hanya untuk merasuk ke alam bawah sadar kita untuk mendapatkan tempat dalam persepsi kita. Ironisnya konten dari promosi tersebut seringkali bertolak belakang dengan kenyataannya.

Televisi, radio, koran, majalah adalah bagian dari kehidupan keseharian kita. Berita sedih dari media tersebut akan membuat kita ikut bersedih. Kabar gembira dari media menjadikan kita serentak bergembira. Optimisme dan pesimisme dari media pun mempengaruhi suasana hati kita. Begitu lah kita kehidupan kita sangat menyatu dengan media-media tersebut.

Namun bayangkan, bagaimana kalau televisi, radio, koran, majalah semuanya menayangkan kebohongan, baik diplomasi bohong, kampanye bohong, iklan bohong. Tidak salah bukan pernyataan kalau sehari-hari kita bergelumur dengan kebohongan. Dan tidak aneh juga kalau kita akhirnya ikut terbiasa berbohong. Na’udzubillahi min dzalik(Kami berlindung kepada Allah atas kebohongan itu)

Comments

Popular posts from this blog

Gajah Oling: Lebih Percaya pada Pengaman Swasta

Asal-usul Ngeles (Mengelak) & Legenda Ngeles Amrik

Designer atau Developer